Wednesday, July 26, 2017

5 Guru Kecilku (Kiki Barkiah) - Ibu - Bahagia

Semalam tetiba saya ingin membuka buku karya Kiki Barkiah yang berjudul 5 Guru Kecilku (bagian 1). Sengaja tidak membuka halaman pertama, karena saya yakin saya telah membaca halaman-halaman awal. Yaa.. Kebiasaan saya, membaca buku tidak sampai tuntas, lalu pindah ke buku lainnya (kecuali novel yaa.. 😊)

Namun bukan berarti saya tidak acuh pada buku itu lagi, hanya saja saya membaca buku sesuai mood hati saya 😊

Semalam..
Saya ikuti saja dimana jari saya akan membuka lembaran buku itu. Ternyata jatuh di halaman 188.
Disitu Kiki Barkiah menceritakan kebiasaannya menghubungi sang suami ketika ada 'sesuatu' terjadi di rumah. Entah kejadian yang menghebohkan (semacam kekacauan, kerepotan), ataupun saat penat, kecemasan, 'penyakit perfeksionis', melanda hati seorang Kiki Barkiah.

Saat Ia menelpon suaminya dan berkata, "I just want to say I love you"
Lalu sang suami membalas dengan tawa dan menanyakan apa yang terjadi di rumah.
Seorang Kiki Barkiah tentunya pun tak ingin menceritakan detil kejadian dan mengganggu waktu bekerja suami. Sehingga ia hanya menjawab dengan tawa pula dan meminta didoakan agar mudah.

Atau saat Ia menelpon suaminya lalu bertanya apa prioritas tugasnya di rumah, atau bagaimana ibu yang baik menurut sang suami. Apakah yang bisa mendidik anaknya jadi sholeh, jadi pintar, yang rumahnya rapi, masakannya enak?
Lalu saat sang suami menjawab "Yang bisa membimbing anak-anak masuk surga", kembali Kiki Barkiah bertanya, "Walau rumahnya berantakan? Walau masakannya cuma sempat bikin satu jenis? Gak papa pak?"

Yaa... Kiki Barkiah menyebutkan bahwa bagaimanapun dirinya adalah seorang wanita, layaknya Hawa yang tercipta dari tulang rusuk Adam, yang membutuhkan semangat dalam mengasuh anak di rumah, yang membutuhkan pengertian dari suami atas ketidaksempurnaan dalam berbakti kepadanya, yang butuh canda tawa sebagai bumbu cinta, yang butuh bimbingan dan diyakinkan atas tujuan utama mereka sehingga terhindar dari cemas berlebihan dalam menghadapi keseharian amanah rumah tangga.

Menurunkan standard.
Beberapa wanita mengatakan hal ini untuk mencapai rasa bahagianya.
Masing-masing keluarga, sebagaimana apa yang suami-istri sepakati bersama, memiliki prioritas dalam hidup rumah tangganya.
Sehingga terkadang untuk mencapai suatu prioritas, maka perlu menurunkan standard dari hal lain yang bukan menjadi prioritas.

Semisal, seorang ibu rumah tangga tanpa ART dengan prioritas memberikan ASI penuh, menyediakan makanan homemade yang sehat dan bergizi untuk balitanya, menyediakan waktu untuk bermain dan mengajari putra-putrinya di rumah.
Untuk menjalankan hal prioritas itu, terkadang ia harus menurunkan standard dari hal lain, seperti :
- yang semula biasa memasak sayur+lauk utama+lauk tambahan, menjadi memasak satu jenis masakan saja untuk ia dan suami.
- yang semula semua baju disetrika, menjadi hanya menyetrika pakaian tertentu saja.
- yang semula rumah rapi saat suami pulang kerja, menjadi belum rapi karena ada anak yang sedang senang ber-eksplorasi,
- dan lain sebagainya.

Saya rasa, hal seperti itu pula yang dilakukan oleh Kiki Barkiah dan banyak wanita saat ini, guna menjaga kesehatan jiwa, kewarasan, dan ketenangan hatinya dalam mengasuh anak. Karena dari pengasuhan seorang ibu yang bahagia dan sehat jiwanya, maka akan tumbuh anak yang juga bahagia dan sehat jiwanya.


#Suka buku Kiki Barkiah,
karena banyak memberikan contoh kasus dan dialog seputar pengasuhan anak