Saturday, September 10, 2016

Tugas KMO #3


MATRIKS

SPESIFIKASI

JUDUL BUKU
(Calon) AyBun, SiapKan Ini, yuk!
TAGLINE Judul Buku
Tips berRumah Tangga untuk (calon) Ayah-Bunda
PENULIS
Riski Ellenia
KELOMPOK

JENIS BUKU
Buku Bacaan
TARGET PEMBACA
USIA : 20-30 Tahun

PENDIDIKAN : Minimal SMA

WILAYAH : Kota-Kota Besar

PROFESI : Mahasiswa, Karyawan, Pengusaha, Ibu Rumah Tangga
FISIK BUKU
HALAMAN NASKAH : 75 Halaman

UKURAN BUKU : 15X20

COVER : Soft Cover

PERKIRAAN HALAMAN BUKU : 150 halaman

PERKIRAAN HARGA JUAL : Rp 25000 – Rp 35000
LATAR BELAKANG

KONSEP
Memberikan gambaran bagi para calon pengantin/pengantin baru/ calon Ayah-Bunda/Ayah Bunda mengenai hal-hal yang dihadapi setelah memasuki pintu pernikahan, serta memberikan contoh-contoh solusinya
DESAIN
Judul Tulisan besar, disertai dengan TagLine Judul dan sedikit gambar artistik (border bunga).
TEMA
Tips Menjalani Hidup Ber-Rumah Tangga untuk (calon) Ayah-Bunda
MANFAAT BAGI PEMBACA DAN KELEBIHAN BUKU
-     Memberikan contoh-contoh kasus/masalah yang dihadapi suami-istri setelah menikah, serta contoh solusinya
-   Memberikan tips bagi para suami-istri/calon suami istri menyambut masa kehamilan istri, saat melahirkan dan membesarkan anak.
-      Memberikan informasi bagi para suami-istri/calon suami istri mengenai usaha/bisnis sampingan, mengenai pemilihan bidang usaha, tips berbisnis/berdagang
-    Memberikan informasi contoh rencana keuangan keluarga, termasuk di dalamnya contoh - contoh tabungan / investasiyang dapat dilakukan
-   Memberikan ulasan materi dari beberapa nama pakar sesuai bidangnya (pakar parenting, bisnis, dll)
FAKTOR LAIN






 Naskah


PENDAHULUAN

Menikah

Menikah adalah impian bagi sebagian besar insan manusia. Banyak yang merencanakan pernikahan mereka seindah-indahnya. Ada yang merasa berdebar, grogi, tapi saangaaattt bahagia menyambut hari besar mereka. Kecuali bagi mereka yang melakukan pernikahan dengan terpaksa semacam kisah Siti Nurbaya, yang belum siap menikah, atau merasa tidak cocok dengan calon pasangannya; mungkin sebaliknya yang akan dirasakan. Bukan kebahagiaan yang akan dirasakan namun kesedihan hati yang dirasa. Semoga para (calon) Ayah Bunda tidak termasuk didalamnya yaa... 

Pernikahan adalah saat dimana kedua individu dipersatukan di hadapan Tuhan. Menikah adalah juga perjanjian yang tidak hanya melibatkan dua manusia, namun juga perjanjian seorang makhluk terhadap penciptanya. Dengan perjanjian ini, hubungan dua insan yang sebelumnya haram menjadi halal, yang dosa menjadi amal, yang maksiat menjadi ibadah.

Beberapa (calon) Ayah-Bunda telah mempersiapkan hari-hari pasca mereka menikah sejak sebelum mereka menikah. Mulai dari perkara bulan madu, mengenai keturunan, rencana keuangan keluarga, cara mengarungi hidup bersama dengan bahagia, dan sebagainya. 

Namun, tidak sedikit juga yang belum membicarakan dengan (calon) pasangannya, dan baru membahasnya beberapa hari/minggu/bulan setelah mereka menikah.

Yupp!! Para (calon) Ayah-Bunda tidak cukup memikirkan bagaimana acara pernikahan mereka, bagaimana menghadirkan kesakralan saat akad, bagaimana indahnya syukuran/pesta pernikahan mereka, ataupun bagaimana mereka menghabiskan satu minggu, satu bulan, satu tahun pernikahan mereka.


Para (calon) Ayah-Bunda perlu memikirkan dan mempersiapkan jauh ke depan. Bagaimana mereka menjalani hidup bersama selama takdir mereka.
berapa anak yang ingin dimiliki;
bagaimana membentuk karakter anak;
pendidikan anak-anak; 
pekerjaan Ayah-Bunda;
mimpi/impian yang dimiliki masing-masing Ayah dan Bunda;
rencana keuangan keluarga;
bagaimana mereka mengarungi biduk rumah tangga, melalui cobaan, ombak, badai yang pasti akan menghadang di kehidupan setiap keluarga;
bagaimana mereka dapat merasa terusss bahagia seperti di awal-awal masa pernikahan, bahkan kebahagiaan yang tidak hanya di dunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak, bertemu kembali di Surga-Nya, dll.

Dalam buku ini, akan coba dikupas beberapa hal yang dapat dialami oleh setiap pasangan Ayah-Bunda. Akan disampaikan juga beberapa solusi dan tips dari pakar-pakar sesuai bidangnya. Semoga setiap hari yang dimiliki (calon) Ayah-Bunda dalam ikatan pernikahan, penuh dengan kebahagiaan walaupun rintangan menghampiri, penuh dengan amal baik dan bernilai ibadah sebagai bekal untuk bagi Ayah-Bunda di kehidupan selanjutnya.



BAB I
SIAP ‘KENALAN’ YANG SESUNGGUHNYA

A.      Mengapa Menikah
Cerita antara dua insan, pria dan wanita, dimulai dengan perkenalan/pertemuan. Ada yang kenal karena teman sekolah, teman kerja, teman bermain, tetangga; atau dikenalkan oleh pihak ketiga : teman, keluarga, atau biro jodoh. Atau ada juga yang tidak sengaja bertemu di suatu tempat, lalu merasa ‘klik’ dan akhirnya berkenalan :)

Bagaimanapun cerita awal bertemu dan berkenalannya, umumnya masing-masing individu memiliki kriteria, pertimbangan, sehingga kemudian ia bisa merasa apakah seseorang tersebut adalah orang yang tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Biasanya, dua insan bersepakat untuk menikah karena adanya kesamaan visi/misi/prinsip, kecocokan pikiran/pendapat, kesamaan kesukaan, dan sebagainya.

Tiap individu atau pasangan, masing-masing memiliki alasan untuk menikah. Sepatutnya, seseorang menikah memang harus dengan niat yang sungguh-sungguh di dalam hati, dengan alasan-alasan yang positif, bukan hanya karena ikut-ikutan atau senang-senangan. Kalau ada yang menikah tidak dengan kesungguhan niat atau dengan alasan yang negatif, maka kesempatan untuk meluruskan niat masih terbuka lebar.

Berikut adalah beberapa alasan menikah yang positif :
1.    Menjalankan perintah agama, untuk beribadah.
Menikah memiliki banyak manfaat, karena itu menikah menjadi salah satu perintah dalam agama. Melaksanakan perintah Tuhan berarti beribadah
2.    Salah satu ladang pahala
Setelah menikah, segala kebersamaan, keromantisan yang dilakukan antara suami istri akan bernilai ibadah. Berpegangan tangan saja mendapatkan pahala, terlebih lagi yang lain-lainnya, seperti mencari nafkah untuk keluarga, melayani suami, hamil, melahirkan, merawat-membesarkan anak, dll.
3.    Menjaga diri dan memelihara kehormatan
Bagi seorang perempuan, dengan menikah maka akan lebih terjaga diri dan kehormatannya dari niat tidak baik yang mungkin dimiliki orang lain terhadap dirinya.
4.    Menenangkan batin
Dengan adanya pasangan disamping kita, terjaga diri kita, maka akan dapat menenangkan batin
5.    Memiliki teman hidup untuk berbagi semua cerita
Setiap orang butuh pasangan hidup sebagai partner/tempat untuk bercerita dan bertukar pikiran
6.    Memberi dan menerima cinta, kasih sayang secara halal
Memiliki rasa cinta lalu memberikannya kepada lawan jenis, dan menerima kasih sayang dari lawan jenis, adalah perasaan alamiah bagi setiap individu. Semua hubungan dengan lawan jenis (selain keluarga/muhrim) yang halal adalah ketika telah disatukan dalam pernikahan
7.    Menyalurkan nafsu syahwat di jalan yang benar
Syahwat secara alami juga telah diberikan kepada setiap insan, yang harus digunakan di jalan yang benar
8.    Mendapatkan keturunan
Memiliki keturunan, anak sholih yang dapat mendoakan kita, yang menjadi ladang amal kita ketika kita merawat dan membesarkannya, yang dapat meneruskan usaha-usaha kita, menjadi salah satu dambaan seorang individu. Jalan yang benar dan halal untuk mendapatkan keturunan adalah melalui pintu pernikahan.

Sedangkan beberapa alasan menikah yang negatif :
1.    Untuk bersenang-senang saja
2.    Berniat akan melukai secara fisik atau batin pasangannya
3.    Memiliki maksud akan mengambil harta pasangannya
4. Pengalihan dari hubungan yang buruk sebelumnya (batal menikah dengan calon sebelumnya, lalu langsung memutuskan menikah ketika bertemu dengan calon baru, dengan tujuan ingin menunjukkan ke calon sebelumnya)
5.    Memenuhi tuntutan keluarga dan lingkungan sosial

Betapa indah dan betapa besar manfaat pernikahan. Ini haruslah disadari bagi semua (calon) Ayah-Bunda, karena akan menjadi bekal, landasan untuk mengarungi hidup bersama.

2 comments:

  1. Lanjutkan.... Semoga jadi sebuah buku best seller

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih byk commentnya di blog saya kang Tiesna.. comment Pertamax ^_^
      sbnrnya ikut KMO sy masih mau belajar nulis artikel, eh ternyata malah disuruh buat buku

      Delete