MATRIKS
SPESIFIKASI
|
|
JUDUL
BUKU
|
(Calon)
AyBun, SiapKan Ini, yuk!
|
TAGLINE
Judul Buku
|
Tips
berRumah Tangga untuk (calon) Ayah-Bunda
|
PENULIS
|
Riski
Ellenia
|
KELOMPOK
|
|
JENIS
BUKU
|
Buku
Bacaan
|
TARGET
PEMBACA
|
USIA
: 20-30 Tahun
|
|
PENDIDIKAN
: Minimal SMA
|
|
WILAYAH
: Kota-Kota Besar
|
|
PROFESI
: Mahasiswa, Karyawan, Pengusaha, Ibu Rumah Tangga
|
FISIK
BUKU
|
HALAMAN
NASKAH : 75 Halaman
|
|
UKURAN
BUKU : 15X20
|
|
COVER
: Soft Cover
|
|
PERKIRAAN
HALAMAN BUKU : 150 halaman
|
|
PERKIRAAN
HARGA JUAL : Rp 25000 – Rp 35000
|
LATAR BELAKANG
|
|
KONSEP
|
Memberikan
gambaran bagi para calon pengantin/pengantin baru/ calon Ayah-Bunda/Ayah Bunda
mengenai hal-hal yang dihadapi setelah memasuki pintu pernikahan, serta
memberikan contoh-contoh solusinya
|
DESAIN
|
Judul
Tulisan besar, disertai dengan TagLine Judul dan sedikit gambar artistik
(border bunga).
|
TEMA
|
Tips
Menjalani Hidup Ber-Rumah Tangga untuk (calon) Ayah-Bunda
|
MANFAAT BAGI
PEMBACA DAN KELEBIHAN BUKU
|
- Memberikan
contoh-contoh kasus/masalah yang dihadapi suami-istri setelah menikah, serta
contoh solusinya
- Memberikan
tips bagi para suami-istri/calon suami istri menyambut masa kehamilan istri,
saat melahirkan dan membesarkan anak.
-
Memberikan
informasi bagi para suami-istri/calon suami istri mengenai usaha/bisnis
sampingan, mengenai pemilihan bidang usaha, tips berbisnis/berdagang
- Memberikan
informasi contoh rencana keuangan keluarga, termasuk di dalamnya contoh - contoh
tabungan / investasiyang dapat dilakukan
-
Memberikan
ulasan materi dari beberapa nama pakar sesuai bidangnya (pakar parenting,
bisnis, dll)
|
FAKTOR
LAIN
|
|
Naskah
PENDAHULUAN
Menikah
Menikah adalah impian
bagi sebagian besar insan manusia. Banyak yang merencanakan pernikahan mereka seindah-indahnya.
Ada yang merasa berdebar, grogi, tapi saangaaattt bahagia menyambut hari besar mereka.
Kecuali bagi mereka yang melakukan pernikahan dengan terpaksa semacam kisah
Siti Nurbaya, yang belum siap menikah, atau merasa tidak cocok dengan calon
pasangannya; mungkin sebaliknya yang akan dirasakan. Bukan kebahagiaan yang
akan dirasakan namun kesedihan hati yang dirasa. Semoga para (calon) Ayah Bunda
tidak termasuk didalamnya yaa...
Pernikahan adalah saat
dimana kedua individu dipersatukan di hadapan Tuhan. Menikah adalah juga perjanjian
yang tidak hanya melibatkan dua manusia, namun juga perjanjian seorang makhluk
terhadap penciptanya. Dengan perjanjian ini, hubungan dua insan yang sebelumnya
haram menjadi halal, yang dosa menjadi amal, yang maksiat menjadi ibadah.
Beberapa (calon)
Ayah-Bunda telah mempersiapkan hari-hari pasca mereka menikah sejak sebelum
mereka menikah. Mulai dari perkara bulan madu, mengenai keturunan, rencana
keuangan keluarga, cara mengarungi hidup bersama dengan bahagia, dan
sebagainya.
Namun, tidak sedikit
juga yang belum membicarakan dengan (calon) pasangannya, dan baru membahasnya
beberapa hari/minggu/bulan setelah mereka menikah.
Yupp!! Para (calon)
Ayah-Bunda tidak cukup memikirkan bagaimana acara pernikahan mereka, bagaimana
menghadirkan kesakralan saat akad, bagaimana indahnya syukuran/pesta pernikahan
mereka, ataupun bagaimana mereka menghabiskan satu minggu, satu bulan, satu
tahun pernikahan mereka.
Para (calon) Ayah-Bunda
perlu memikirkan dan mempersiapkan jauh ke depan. Bagaimana mereka menjalani
hidup bersama selama takdir mereka.
berapa anak yang ingin
dimiliki;
bagaimana membentuk
karakter anak;
pendidikan anak-anak;
pekerjaan Ayah-Bunda;
mimpi/impian yang
dimiliki masing-masing Ayah dan Bunda;
rencana keuangan
keluarga;
bagaimana mereka
mengarungi biduk rumah tangga, melalui cobaan, ombak, badai yang pasti akan
menghadang di kehidupan setiap keluarga;
bagaimana mereka dapat
merasa terusss bahagia seperti di awal-awal masa pernikahan, bahkan kebahagiaan
yang tidak hanya di dunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak, bertemu
kembali di Surga-Nya, dll.
Dalam buku ini, akan
coba dikupas beberapa hal yang dapat dialami oleh setiap pasangan Ayah-Bunda.
Akan disampaikan juga beberapa solusi dan tips dari pakar-pakar sesuai bidangnya.
Semoga setiap hari yang dimiliki (calon) Ayah-Bunda dalam ikatan pernikahan,
penuh dengan kebahagiaan walaupun rintangan menghampiri, penuh dengan amal baik
dan bernilai ibadah sebagai bekal untuk bagi Ayah-Bunda di kehidupan
selanjutnya.
BAB
I
SIAP
‘KENALAN’ YANG SESUNGGUHNYA
A. Mengapa
Menikah
Cerita antara dua
insan, pria dan wanita, dimulai dengan perkenalan/pertemuan. Ada yang kenal
karena teman sekolah, teman kerja, teman bermain, tetangga; atau dikenalkan
oleh pihak ketiga : teman, keluarga, atau biro jodoh. Atau ada juga yang tidak
sengaja bertemu di suatu tempat, lalu merasa ‘klik’ dan akhirnya berkenalan :)
Bagaimanapun cerita
awal bertemu dan berkenalannya, umumnya masing-masing individu memiliki
kriteria, pertimbangan, sehingga kemudian ia bisa merasa apakah seseorang
tersebut adalah orang yang tepat untuk menjadi pasangan hidupnya. Biasanya, dua
insan bersepakat untuk menikah karena adanya kesamaan visi/misi/prinsip,
kecocokan pikiran/pendapat, kesamaan kesukaan, dan sebagainya.
Tiap individu atau pasangan,
masing-masing memiliki alasan untuk menikah. Sepatutnya, seseorang menikah
memang harus dengan niat yang sungguh-sungguh di dalam hati, dengan
alasan-alasan yang positif, bukan hanya karena ikut-ikutan atau
senang-senangan. Kalau ada yang menikah tidak dengan kesungguhan niat atau
dengan alasan yang negatif, maka kesempatan untuk meluruskan niat masih terbuka
lebar.
Berikut adalah beberapa
alasan menikah yang positif :
1. Menjalankan perintah agama, untuk
beribadah.
Menikah
memiliki banyak manfaat, karena itu menikah menjadi salah satu perintah dalam agama.
Melaksanakan perintah Tuhan berarti beribadah
2. Salah satu ladang pahala
Setelah
menikah, segala kebersamaan, keromantisan yang dilakukan antara suami istri
akan bernilai ibadah. Berpegangan tangan saja mendapatkan pahala, terlebih lagi
yang lain-lainnya, seperti mencari nafkah untuk keluarga, melayani suami,
hamil, melahirkan, merawat-membesarkan anak, dll.
3. Menjaga diri dan memelihara kehormatan
Bagi
seorang perempuan, dengan menikah maka akan lebih terjaga diri dan kehormatannya
dari niat tidak baik yang mungkin dimiliki orang lain terhadap dirinya.
4. Menenangkan batin
Dengan
adanya pasangan disamping kita, terjaga diri kita, maka akan dapat menenangkan
batin
5.
Memiliki teman hidup untuk berbagi semua
cerita
Setiap
orang butuh pasangan hidup sebagai partner/tempat untuk bercerita dan bertukar
pikiran
6. Memberi dan menerima cinta, kasih sayang
secara halal
Memiliki
rasa cinta lalu memberikannya kepada lawan jenis, dan menerima kasih sayang
dari lawan jenis, adalah perasaan alamiah bagi setiap individu. Semua hubungan
dengan lawan jenis (selain keluarga/muhrim) yang halal adalah ketika telah
disatukan dalam pernikahan
7.
Menyalurkan nafsu syahwat di jalan yang
benar
Syahwat
secara alami juga telah diberikan kepada setiap insan, yang harus digunakan di
jalan yang benar
8. Mendapatkan keturunan
Memiliki
keturunan, anak sholih yang dapat mendoakan kita, yang menjadi ladang amal kita
ketika kita merawat dan membesarkannya, yang dapat meneruskan usaha-usaha kita,
menjadi salah satu dambaan seorang individu. Jalan yang benar dan halal untuk
mendapatkan keturunan adalah melalui pintu pernikahan.
Sedangkan beberapa
alasan menikah yang negatif :
1.
Untuk bersenang-senang saja
2.
Berniat akan melukai secara fisik atau
batin pasangannya
3. Memiliki maksud akan mengambil harta
pasangannya
4. Pengalihan dari hubungan yang buruk
sebelumnya (batal menikah dengan calon sebelumnya, lalu langsung memutuskan
menikah ketika bertemu dengan calon baru, dengan tujuan ingin menunjukkan ke
calon sebelumnya)
5. Memenuhi tuntutan keluarga dan
lingkungan sosial
Betapa indah dan betapa
besar manfaat pernikahan. Ini haruslah disadari bagi semua (calon) Ayah-Bunda,
karena akan menjadi bekal, landasan untuk mengarungi hidup bersama.