Tuesday, January 23, 2018

Tips Menghadapi Bullying pada Anak


"Allah tidak menilai berapa tinggi badan seseorang, yang dinilai adalah ketakwaannya, ibadahnya"

Kurang lebih, itulah kalimat yang pernah saya sampaikan pada si sulung saat ia di-bully oleh teman-teman sekolahnya.

Aah.. Sebenarnya saya tidak mau menganggap itu benar-benar bully, tapi ketika ia mengatakan "aku kok nggak tinggi" dengan intonasi yang sedih, rasanya memang ini sudah termasuk tindakan bullying.

Pengalaman tidak menyenangkan itu terjadi saat si sulung duduk di bangku SD kelas 1 semester 2. Di kelas, dia memang memiliki tinggi tubuh yang paling rendah. Beruntung, saat kelas 2 dia dipindah, dan di kelas yang baru, ada dua anak lain dengan tinggi yang sama dengannya 😉
Hingga kelas 4 ini, tidak pernah lagi ada cerita dia diolok di sekolah. Alhamdulillah teman-teman sekelasnya baik semua 😊

Namun saat bullying itu terjadi, saya belum sempat googling bagaimana cara mengatasi bullying pada anak.
"Jangan dipedulikan, cuekin aja, nanti temanmu lama-lama capek sendiri,"
"Tetap bersyukur, sudah dikasih anggota tubuh yang sempurna,"

Kalimat-kalimat itu saja yang sempat beberapa kali saya sampaikan ke dia.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan agar bullying tidak terjadi? Atau jika sudah terjadi, apa yang harus dilakukan anak? Berikut tipsnya yang dikutip dari Majalah Bobo dan website keluarga.com

1. Meningkatkan rasa percaya diri.
Percaya diri akan memberikan rasa nyaman dalam berteman. Salah satu cara untuk meningkatkan rasa percaya diri anak adalah dengan menyampaikan kepadanya mengenai hal positif atau kelebihan yang dimilikinya.

2. Berteman dengan banyak kawan.
Umumnya, korban bullying adalah seseorang yang suka menyendiri atau tidak memiliki teman. Setelah anak memiliki rasa percaya diri, ajari dia untuk mudah berteman atau bermain dengan semua kawannya.

3. Tidak emosi atau selalu memberikan respon.
Jika bullying telah terjadi, minta anak untuk bersabar dan tidak membalas perlakuan temannya. Biasanya, yang membully akan merasa lebih senang lalu mengulangi perbuatannya, jika mendapat respon dari yang di-bully. Minta anak agar tetap berlaku santai sambil bersikap cuek terhadap si pembully.

4. Menyiapkan jawaban cerdas.
Sesekali, anak boleh memberikan jawaban yang cerdas ketika di-bully melalui perkataan. Misal, ketika seorang anak dikatakan kutu buku, ia dapat menjawab "tidak apa-apa, suka baca buku enak, jadi pintar, dan yang penting saya tidak nakal,"

5. Belajar mempertahankan diri.
Untuk menghadapi anak yang mem-bully dengan perbuatan, misal mendorong, menjegal, tidak ada salahnya anak dibekali dengan ilmu mempertahankan diri atau berlatih beladiri.

6. Bercerita pada orangtua atau guru di sekolah.
Orangtua perlu mendekatkan diri pada anak, sehingga anak tidak ragu menceritakan segala kejadian yang dialaminya di luar rumah. Apabila bullying yang terjadi sudah sangat 'terlalu', anak dapat meminta saran ataupun pertolongan dari orangtuanya.
Selain itu, jika di sekolah terjadi sesuatu yang dapat berakibat buruk, misal dipukul atau dilukai, anak juga berhak melapor pada guru.

Semoga anak-anak kita dilindungi dari perbuatan bullying. Semoga suasana kasih sayang yang menyelimuti lingkungan keluarga kita.

(Tulisan ini diikutkan dalam challenge #SatuHariSatuKaryaIIDN)
#day2